Cara Menghitung Transformator Arus (CT) dan Transformator Potensial (PT)

Transformator arus (CT) dan transformator potensial (PT) adalah komponen penting dalam sistem tenaga listrik, terutama untuk pengukuran arus dan tegangan di jaringan yang bertegangan tinggi. Kedua perangkat ini membantu menurunkan arus dan tegangan yang tinggi ke level yang lebih aman dan mudah diukur. Artikel ini akan membahas cara menghitung CT dan PT, serta bagaimana menggunakannya dalam pengukuran.

1. Pengertian Transformator Arus (CT)

Transformator arus (CT) adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur arus listrik di dalam sebuah sistem dengan mengurangi arus primer yang besar menjadi arus sekunder yang lebih kecil. CT sering digunakan bersama alat ukur seperti amperemeter atau relai proteksi.

a. Rasio CT

Rasio CT merupakan perbandingan antara arus primer dan arus sekunder. Misalnya, jika sebuah CT memiliki rasio 100/5, ini berarti jika arus primer sebesar 100 A mengalir, arus sekunder yang dihasilkan adalah 5 A.

rumus racioCR

Contoh:
Jika CT memiliki rasio 100/5 dan Anda mengukur arus sekunder sebesar 4 A, arus primer yang sesungguhnya dapat dihitung sebagai berikut:

contoh soal arus CT

b. Beban CT (Burden)

Beban CT atau “burden” adalah jumlah impedansi (dinyatakan dalam VA) yang terhubung ke sekunder CT. Beban ini penting karena mempengaruhi akurasi pengukuran. Beban tidak boleh melebihi nilai nominal yang diizinkan oleh CT.

Rumus:

2. Pengertian Transformator Potensial (PT)

Transformator potensial (PT) digunakan untuk mengukur tegangan tinggi dengan menurunkannya ke nilai yang lebih rendah dan aman untuk diukur. PT sangat umum digunakan dalam sistem tenaga untuk melindungi peralatan dari kerusakan akibat tegangan yang berlebihan.

Baca Juga : Pengertian Resistor, Fungsi Resistor, dan Jenisnya

a. Rasio PT

Rasio PT adalah perbandingan antara tegangan primer dan tegangan sekunder. Misalnya, rasio PT 20,000/100 berarti jika tegangan primer adalah 20,000 V, tegangan sekunder yang dihasilkan adalah 100 V.

rumus Rasio PT

Contoh:
Jika PT memiliki rasio 20,000/100 dan tegangan sekunder yang terukur adalah 95 V, tegangan primer yang sesungguhnya dapat dihitung sebagai berikut:

b. Beban PT (Burden)

Beban PT, seperti halnya dengan CT, adalah impedansi total yang terhubung ke sekunder PT. Beban ini juga dinyatakan dalam VA, dan sangat penting untuk menjaga agar tidak melebihi kapasitas yang diizinkan untuk memastikan akurasi pengukuran.

Rumus:

3. Menghitung Nilai Pengukuran Menggunakan CT dan PT

Untuk menghitung nilai arus atau tegangan yang sebenarnya diukur menggunakan CT dan PT, perlu memperhatikan rasio dari masing-masing transformator.

a. Perhitungan Arus

Untuk menghitung arus primer berdasarkan pengukuran arus sekunder dan rasio CT:

b. Perhitungan Tegangan

Untuk menghitung tegangan primer berdasarkan pengukuran tegangan sekunder dan rasio PT:

perhitungan tegangan

4. Penggunaan Kombinasi CT dan PT dalam Pengukuran Daya

Dalam pengukuran daya listrik, CT dan PT sering digunakan bersama untuk mengukur daya nyata (P), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Berikut rumus-rumus yang digunakan:

rumus Kombinasi CT dan PT dalam Pengukuran Daya

Memahami cara menghitung dan menggunakan CT serta PT sangat penting bagi para profesional yang bekerja dengan sistem tenaga listrik. Dengan menguasai rasio dan beban yang tepat, Anda dapat melakukan pengukuran arus dan tegangan dengan akurat, serta memastikan bahwa sistem berjalan dengan aman dan efisien.

Menguasai konsep dasar ini akan membantu Anda dalam memelihara sistem tenaga dan memastikan bahwa setiap komponen beroperasi dalam batas-batas yang aman.

Artikel ini memberikan panduan lengkap tentang bagaimana menghitung dan menggunakan CT dan PT dalam pengukuran listrik, memastikan Anda memiliki pemahaman yang kuat dalam menjaga keselamatan dan efisiensi dalam sistem tenaga listrik.

Bagikan:

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *